Pengukuran volume paru
Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-paru
Volume dinamik paru dan kerja pernapasan
Keterangan
mengenai status ventilasi tidak hanya membutuhkan volume statis paru,
namun juga pengukuran kecepatan pergerakan udara yang keluar-masuk
paru (dinamika paru). Agar udara dapat bergerak masuk dan keluar paru,
tubuh harus bekerja untuk mengatasi resistensi gabungan dari toraks,
paru, dan abdomen yang dinamakan kerja per-napasan. Dengan bantuan
spirometer, resistensi pernapasan akibat tahanan gesekan terhadap
aliran udara (resitensi nonelastik) dapat diperkirakan dengan mengukur
volume eksipirasi paksa dan kecepatan aliran udara:
· Kapasitas
vital paksa (FVC) adalah pengukuran kapasitas vital yang didapat pada
ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin. Volume udara ini
sangat penting dan dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama
dengan VC, tetapi mungkin sangat berkurang pada pasien obstruksi saluran
napas.
· Volume
ekspirasi paksa (FEV) adalah volume udara yang dapat diekspirasi
dalam waktu standar selama tindakan FVC. Biasanya FEV diukur selama
detik pertama ekspirasi yang paksa (FEV1) dan detik ketiga (FEV3). Pada keadaan normal, besar FEV1 adalah 83% (70-80%) dari VC dan FEV3 = 97% (85-100%) dari VC. FEV merupakan petunjuk penting untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi.
Kapasitas Pernapasan Maksimal (Maximal Breath Capacity) ditentukan dengan cara mengukur volume hiperventilasi maksimal dalam 1 menit
(amplitudo x frekuensi 12” x 5). Untuk menetapkan KPM normal seseorang dapat kita gunakan rumus:
Sex
|
Formulae
|
Reference
|
Females
|
[71.3 – (0.474 x age)] m2s. area
|
Baldwin
|
Males
|
[86.5 – (0.522 x age)] x m2s.area
|
Baldwin
|
Males
|
228 – (182 x age)
|
Wright, normal ±17,6%
|
KPM,
sama seperti KV dapat dinyatakan dalam liter secara mutlak, akan
tetapi dapat juga dinyatakan secara relative dalam % dari predicted
MBCnya
KPM Relatif = KPM mutlak x 100%
Predicted CV
Cara menetapkan volume cadangan pernapasan:
Volume Cad. Pernafasan = KPM – Volume Pernapasan Semenit x 100%
RPM
Perhitungan Tambahan
· MVVest (Estimated Maximum Voluntary Ventilation) = FEV1 yang terukur x 37.5
· MMEF
(Mid-maximal Expiratory Flow) atau MEF (Mid-Expiratory Flow)
merupakan nilai rata-rata dari FEF di antara 25% dan 75% ekspirasi
FVC, dalam satuan liter/detik. Nilai ini merupakan rata-rata bagian
pertengahan dari kurva ekspirasi. Menurut beberapa ahli, merupakan
pengukuran yang lebih sensitif untuk mendeteksi obstruksi saluran
napas kecil
· PEFR (Peak Expiratory Flow Rate) merupakan aliran udara tertinggi selama ekspirasi tunggal yang kuat
· Vext
% (Extrapolate Volume) merupakan banyaknya volume udara yang tidak
terukur, yang disebabkan keragu-raguan saat memulai ekspirasi tunggal
yang kuat. Jika nilai ini melebihi 5% dari nilai FVC, effort tersebut
dianggap tidak valid. Vext% diekspresikan dalam satuan persen terhadap
nilai FVC
Ventilasi Pulmonal, Ventilasi Alveolar, dan Ruang Rugi
Berbagai
perubahan volume hanya menentukan satu faktor dalam penetuan
ventilasi paru, yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan dalam
satu menit. Faktor lain yang penting adalah frekuensi pernapasan,
sesuai rumus:
Ventilasi pulmonal = Volume tidal x frekuensi pernapasan
Pada
tidal volum rata-rata sebesar 500 ml/napas dan frekuensi pernapasan
12 x/menit sehingga ventilasi paru adalah 6 L/menit. Untuk jangka
waktu yang singkat, pria dewasa muda dapat secara sengaja meningkatkan
ventilasi paru total dua puluh kali lipat, menjadi 150 L/menit. Untuk
meningkatkan ventilasi paru, baik volume tidal maupun frekuensi
pernapasan ditingkatkan, tetapi kedalaman bernapas lebih meningkat
dibandingkan dengan frekuensi bernapas. Hal ini merupakan cara yang
lebih efektif karena dipengaruhi adanya ruang rugi anatomis, yaitu tidak
seluruh udara yang masuk ke dalam paru akan mengalami pertukaran gas.
Sebagian udara ini tertinggal di dalam saluran jalan napas, mulai
dari hidung/mulut sampai bronkiolus terminalis, dan tidak terlibat
dalam proses pertukaran gas. Besarnya sekitar 150 ml (bergantung
tinggi badan dan posisi tubuh). Dengan demikian, pada orang dewasa,
hanya 350 ml dari 500 ml udara inspirasi yang mengalami pertukaran
gas. Sebaliknya, pada waktu ekspirasi, 150 ml udara ekspirasi pertama
berasal dari ruang rugi dan 350 ml terakhir merupakan udara yang
keluar dari alveoli.
Karena
jumlah udara atmosfer yang mencapai alveolus dan benar-benar tersedia
untuk pertukaran gas lebih penting daripada jumlah total udara yang
masuk-keluar, maka ventilasi alveolus, yaitu volume udara yang
dipertukarkan antara alveolus dan atmosfer per menit, lebih penting
daripada ventilasi paru. Rumusnya adalah:
Ventilasi alveolus = (volume tidal – volume ruang rugi) x frekuensi pernapasan
Namun,
ternyata tidak semua udara yang mencapai alveoli mengalami pertukaran
gas karena perfusi ke daerah alveoli tersebut tidak adekuat. Udara
yang terdapat dalam alveol ini dinyatakan sebagai ruang rugi alveoler.
Volume udara total dalam saluran pernapasan yang tidak aktif
melakukan pertukaran gas, yaitu jumlah ruang rugi anatomik dan ruang
rugi alveolar, disebut ruang rugi fisiologik.
Perekam perubahan volume paru- SPIROMETRI
Metode
sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat
volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut
spirometri. Bentuk spirometer dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 2.
Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak
air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat
gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa yang
menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari
mulut dengan ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang
sesuai di atas gulungan kertas yang berputar.3
Naik-turunnya drum tersebut dapat dicatat sebagai spirogram yang
dikaliberasikan ke perubahan volume. Pena mencatat inspirasi sebagai
defleksi ke atas dan inspirasi sebagai defleksi ke bawah.1Gambar 2 adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan volume paru pada berbagai kondisi pernapasan.
Menentukan kapasitas residu fungsional, volume residu dan kapasitas paru total—Metode pengenceran (dilusi) Helium. Kapasitas
rendah fungsional, yaitu volume udara yang secara normal tetap berada
dalam paru di antara pernapasan, penting untuk fungsi paru. Nilainya
berubah nyata pada beberapa jenis penyakit paru, sebab itu lah maka
kita seringkali perlu mengukur kapasitas ini. spirometer tidak dapat
digunakan untuk mengukur langsung kapasitas residu fungsional karena
udara dalam volume residu paru tidak dapat diekspirasi ke dalam
spirometer, dan volume ini kira-kira merupakan separuh dari kapasitas
residu fungsional. Untuk mengukur kapasitas residu fungsional,
spirometer harus digunakan secara tidak langsung biasanya dengan
menggunakan metode pengenceran helium
no pic, HOAX
BalasHapus